Sebelum
kita menulis suatu Karya Tulis Ilmiah
alangkah baiknya kita mengetahui apa sih yang di maksud dengan Karya Tulis
ilmiah tersbut, nah disini saya akan menjelaskan terlebih dahulu tentang apa
itu Karya Tulis Ilmiah Populer :
1.
Pendahuluan
Banyak
majalah atau surat kabar mempunyai rubrik iptek, yang memuat tulisan-tulisan
yang memaparkan aspek khusus iptek dengan menggunakan bahasan umum sehingga
mudah dipahami oleh masyarakat awam. Tulisan seperti itu dinamakan karangan
ilmiah populer, yang dikarang oleh penulisnya untuk mengkomunikasikan sejarah,
penemuan, perkembangan baru, aplikasi, atau juga isu kontroversi iptek, kepada
masyarakat awam agar mereka dapat mengikuti perkembangan iptek tersebut. Tidak
seperti halnya artikel jurnal, karangan ilmiah populer dari sudut materi tidak
mendalam, namun memberi kejelasan kepada awam tentang fenomena iptek.
Keberadaan karangan
ilmiah populer di majalah dan surat kabar di samping menjadi wahana untuk
mengkomunikasikan iptek kepada masyarakat awam, juga membawa misi menghibur
atau menjadi selingan (entertainment) bagi pembaca majalah atau surat kabar
tersebut. Oleh karena misinya seperti itu maka sebuah karangan ilmiah populer
harus menarik pembaca majalah dan surat kabar untuk membacanya. Berbeda halnya
dengan jurnal ilmiah yang harus dibaca oleh para profesional dalam bidangnya,
majalah dan surat kabar harus bersaing merebut hati pembacanya. Dalam kaitan
itu karangan ilmiah populer dalam media massa perlu berkontribusi pada
pembentukan daya tarik media secara keseluruhan. Bahkan dapat pula justru
karangan-karangan ilmiah populer menjadi “selling point” media massa tersebut.
Mengetahui bagaimana
menulis karangan ilmiah populer sangat penting bagi ilmuwan yang memposisikan
diri sebagai komunikator iptek atau jurnalis iptek, baik sebagai pekerjaan
utama atau pekerjaan tambahan.
2.
Karakteristik Karangan Ilmiah Populer
Ø Apabila
pembaca artikel jurnal adalah profesional atau spesialis dalam suatu disiplin
ilmu, maka pembaca karangan ilmiah populer adalah masyarakat umum, awam atau
profesional dalam bidang lain.
Ø Apabila
penulis artikel jurnal selain memberikan nama, lembaga akademik tempat ia
bekerja serta kualifikasi akademiknya, maka penulis karangan ilmiah populer
menuliskan nama tanpa informasi lain, kecuali ia adalah repoter.
Ø Apabila
artikel jurnal ditulis dengan gaya tulis faktual dan “dingin” (tak-emosional)
demi objektifitas, maka karangan ilmiah populer ditulis dengan gaya informal,
anekdot, personal, serta menghibur.
Ø Apabila
artikel jurnal ditulis dengan kalimat yang lebih kompleks dan relatif panjang
serta penuh dengan istilah teknis, maka karangan ilmiah populer ditulis dengan
kalimat-kalimat singkat dan sederhana serta mudah dibaca.
Ø Apabila
artikel jurnal menyertakan kutipan, catatan kaki (footnotes) dan daftar pustaka
agar materi yang ditulis dapat divalidasi, maka karangan ilmiah populer umumnya
tidak meyertakan informasi-informasi tersebut.
Ø Apabila
artikel jurnal lebih dipenuhi tulisan verbal dan sedikit tabel, maka karangan
ilmiah populer seringkali dilengkapi dengan berbagai ilustrasi, gambar, foto,
dll.
Ø Apabila
kebenaran isi artikel jurnal dievaluasi melalui reviu oleh sejawat atau dewan
pakar sebagai “referee”, maka pertanggungjawaban isi karangan ilmiah populer
cukup diberikan oleh editor majalah.
3.
Topik Karangan Ilmiah Populer
Pada
dasarnya masyarakatlah yang membiayai (melalui pajak dan pemanfaatan aset
bangsa) kegiatan iptek. Oleh karenanya menjadi hak masyarakat untuk memperoleh
informasi tentang hal-ihwal mengenai kegiatan iptek itu sendiri. Dengan
demikian menjadi kewajiban komunikator iptek (iptekwan & jurnalis iptek)
untuk mempublikasikan karangan ilmiah populer melalui majalah dan surat kabar.
Melalui karangan ilmiah populer ini informasi tentang iptek yang telah dan akan
hadir di masyarakat, baik proses, produk, aplikasi, prospek, maupun isu
kontroversi (pro & contra) iptek dapat dikomunikasikan kepada masyarakat
umum, untuk menjadi rujukan dalam menyikapi iptek. Dalam kaitan ini topik-topik
karangan ilmiah populer hendaknya terkait pada aspek-aspek iptek tersebut.
Oleh karena daya tarik
menjadi karakter penting dari karangan ilmiah populer, maka isu-isu mutakhir
terkait iptek yang tengah menjadi wanaca publik seringkali menjadi tema sentral
karangan ilmiah populer. Sebagai contoh, menyertai konflik Amerika Serikat
dengan teroris internasional, senjata kimia, senjata biologis, anthrax, bom,
menjadi topik-topik karangan ilmiah populer yang muncul dalam majalah dan surat
kabar. Contoh lain adalah topik yang terkait pada meteor mengemuka menjelang
turunnya “badai meteor” ke Planet Bumi pada tahun 2001. Demikian juga paparan
tentang bahan dan proses pembuatan MSG lebih dari satu bulan muncul dalam
berbagai media massa ketika terjadi “kontroversi Ajinomoto” pada tahun 2000.
4.
Gaya Penulisan Karangan Ilmiah Populer
Ø Mulai
karangan dengan pendahuluan yang kreatif, yang mampu merangkul atau mencuri
perhatian pembaca, serta mendorong pembaca untuk membaca bagian-bagian
berikutnya. Lebih kreatif bagian pendahuluan, lebih besar peluang suatu
karangan ilmiah populer dibaca tuntas pembacanya. Salah satu kekuatan karangan
terletak pada bagian pendahuluan tersebut. Sementara itu bagian-bagian
berikutnya perlu memuat kalimat-kalimat utama yang menjad
“point
of interest” bagi pembaca. Kalimat-kalimat perlu dirangkai sehingga di samping
memberikan kejelasan maknanya dan bekontribusi pada tema atikel, juga
menyebabkan pembaca tertarik untuk membaca artikel sampai tuntas.
Ø Agar
mudah dicerna pembaca secara lebih luas, karangan ilmiah populer hendaknya
ditulis dengan panjang kalimat dan panjang paragraf yang sesuai pembaca dari
berbagai lapisan masyarakat. Sebaiknya kalimat pada artikel ilmiah populer
terdiri atas paling banyak 20 kata untuk meningkatkan keterbacaan untuk pembaca
pada umumnya.
Ø Sekalipun
penulis artikel ilmiah populer seorang iptekwan, tetapi hendaknya hindari
penggunaan terlalu banyak istilah-istilah teknis. Pembaca majalah atau surat
kabar tidak mempunyai tingkat pendidikan seperti penulis, hingga jangan
menggunakan kata-kata yang tidak akan dimengerti. Bila suatu istilah tidak
tergantikan oleh kata yang kurang teknis, hendaknya definisi perlu diberikan
bersama istilah tersebut. Pemahaman terhadap isi artikel akan menyebabkan
pembaca menyenangi apa yang dibacanya dan merasa nyaman dengan majalah atau
surat kabar pemuatnya secara keseluruhan.
Ø Gunakan
bahasa yang kolokial (informal) untuk mengembangkan “hubungan yang dekat”
antara penulis dan pembaca. Buat pula agar pembaca merasa sedang berdialog
secara sejajar dengan penulisnya, bukan sedang diajari oleh seorang pakar. Oleh
karenanya dianjurkan untuk menggunakan lebih banyak kalimat aktif untuk
menciptakan hubungan informal. (Catatan: Laporan ilmiah standar umumnya ditulis
dengan kalimat pasif untuk menekankan obyektivitas). Tidak ada salahnya juga
menyapa pembaca dengan “Anda” dan menyebut penulis dengan “Saya” agar hubungan
antara penulis dan pembaca lebih dekat.
Ø Tingkatkan
dimensi “human interest” dari artikel ilmiah populer yang ditulis, dengan cara
memasukkan unsur ceritera, anekdot, dan humor pada artikel. Pada dasarnya
manusia lebih tertarik tertarik pada ceritera tentang orang lain daripada obyek
lainnya. Oleh karenanya memberikan sentuhan-sentuhan kemanusiaan pada karangan
ilmiah populer dapat meningkatkan daya tarik artikel tersebut.
Ø Gunakan
analogi dan metafora untuk memberikan penjelasan tentang sesuatu proses yang
kompleks. Sertakan ilustrasi-ilustrasi bergambar (pictorial) untuk memperjelas,
selingan, dan juga hiasan, seperti halnya foto (berwarna lebih menguntungkan),
diagram, tabel, gambar, atau karikatur. Foto membantu memberikan paparan detail
melalui gambar, sedangkan gambar umumnya atraktif bagi pembaca. Berikan
deskripsi singkat tentang foto menyertai foto tersebut.
Ø Tiap
paragraf harus terstruktur dengan cara yang sama. Paragraf harus mulai dengan
kalimat topik, dan lalu diikuti oleh informasi yang berhubungan dengan topik
dalam kalimat topik. Struktur kalimat perlu diperhatikan dalam menulis artikel
Ø Sistematika
penulisan dapat berbagai macam, bergantung pada sifat materi yang dipaparkan.
Dapat berupa urutan khronologis peristiwa-peristiwa, atau dapat pula menyajikan
permasalahan yang diikuti dengan solusi-solusinya. Apapun pola pengembangan
paparan yang dipilih, harus menunjukkan kelogisan paparan, sehingga mereka
merasa nyaman ketika membaca artikel tersebut, serta mengerti apa yang
dibacanya itu.
Ø Tutup
artikel dengan sebuah rangkuman yang menjadi simpulan dari semua paparan.
Penutup merupaan bagian akhir yang dibaca pembaca, yang akan membetuk impresi
pembaca terhadap penjelasan atau persoalan yang diketengahkan. Penutup
merupakan juga titik kekuatan artikel, sehingga perlu ditulis secara hati-hati.
Tentu sudah cukup jelas
bukan????
Nah,ini dia contoh
Karya Tulis Ilmiah Populer :
Pencacah
Sampah Sisa Hasil Pertanian
KOMPAS.com - Sisa hasil pertanian merupakan
bahan bagus untuk membuat pupuk organik. SMK Negeri 2 Metro, Lampung, yang jeli
melihat peluang ini, membuat mesin pencacah sampah dan alat pembuat kompos
untuk memanfaatkan sampah organik sisa panen. Mesin pencacah sampah
berkapasitas 5 kuintal per jam yang digerakkan listrik membuat batang padi,
sayuran tak terpakai, hingga batang jagung, baik basah maupun kering, terpotong
kecil-kecil. Sampah organik yang sudah dicacah ini dipindahkan ke alat pembuat
kompos sederhana yang dimodifikasi dari tong plastik berkapasitas 100 liter.
Dengan mesin pencacah sampah dan alat pembuat kompos, siswa SMKN 2 Metro tidak
lagi memikirkan pembuangan sisa hasil panen di lahan sekolah dan lahan khusus
budidaya. Pembuatan kompos menjadi lebih cepat, yang hasilnya bisa dipakai
untuk menyuburkan lahan pertanian yang dimiliki sekolah ataupun untuk dijual.
Alat tersebut dibuat guru dan siswa dari program keahlian mekanisasi pertanian.
Kini, mesin pencacah sampah yang sudah ada hendak dimodifikasi. Modifikasi
bertujuan agar mesin pencacah yang menggunakan listrik berkapasitas 1.300 watt
bisa menggunakan mesin diesel. Dengan demikian, ada pilihan jika mesin pencacah
hendak dipakai di area pertanian yang tidak ada listrik. Sugiyantopo, Wakil
Kepala SMKN 2 Metro Bidang Hubungan Kerja Sama Industri dan Hubungan
Masyarakat, mengatakan, mesin pencacah sampah sebenarnya sudah dibuat lama.
Pengembangan baru adalah modifikasi alat pembuat kompos. ”Pemerintah Kota Metro
merespons karya siswa kami dengan memesan 10 alat pembuat kompos. Nanti akan
dibuat percontohan untuk pengolahan sampah organik, baik di pertanian,
perumahan, maupun perkantoran,” kata Sugiyantopo. Bambang Miswanto, Ketua
Program Keahlian Mekanisasi Pertanian, mengatakan, awalnya pembuatan kompos di
lingkungan sekolah dilaksanakan secara manual, yakni di dalam bak. Namun, cara
ini tidak efektif dan memakan waktu lama. Sekolah pun berinisiatif membuat alat
pembuat kompos yang lebih mudah dipakai. Siswa diajak bergabung dalam tim untuk
memikirkan desain alat pembuat kompos. Alat pembuat kompos yang sederhana pun
berhasil diciptakan. Alat pembuat kompos terbuat dari tong plastik berukuran
100 liter itu di pasaran dijual Rp 125.000. Di bagian tengah tong dibuat
semacam pintu kecil yang bisa dibuka dan ditutup dengan sedikit celah. Pintu
kecil ini dipasangi engsel berukuran kecil. Adapun di bagian penutup tong
diberi alat pemutar yang bisa menggerakkan tong. Dengan adanya alat pemutar,
pengadukan sampah organik yang diberi bibit bakteri EM4 tidak perlu lagi
dilakukan secara manual. Tong disangga dengan pelat strip sebagai dudukan
sehingga memudahkan pemutaran tong hingga 360 derajat. Pengadukan bertujuan
mempercepat matangnya kompos. Alat pertanian lain produksi SMKN 2 Metro adalah
mesin perontok jagung, mesin pembuat tapioka, dan mesin perontok padi.
”Pembuatan alat untuk pascapanen memang masih sederhana. Kami berharap ke depan
bisa terus berkembang,” kata Sugiyantopo. Mengolah hasil pertanian Tidak hanya
menjadi ahli pembuat alat pendukung produktivitas pertanian yang tepat guna,
siswa juga didorong menjadi ahli pengolah hasil pertanian. Keahlian ini
dibutuhkan untuk membuat hasil pertanian, terutama produk unggulan di daerah,
bernilai jual lebih tinggi. Kreativitas mengolah hasil pertanian siswa SMKN 2
Metro setidaknya ditunjukkan di ajang prestasi lomba keterampilan siswa SMK
tingkat nasional. Pada kurun 2006-2011, siswa mampu menunjukkan prestasi
sebagai juara I, II, III, dan IV tingkat nasional. Para siswa membuat kue
blackforest dengan bahan jagung yang banyak ditemui di daerah ini. Pernah juga
siswa berkreasi memanfaatkan suweg (semacam umbi-umbian) untuk dibuat menjadi
tepung sebagai bahan membuat kue blackforest. Sugiyantopo memaparkan, untuk
program keahlian teknologi pengolahan hasil pertanian, 20 persen lulusan SMK di
sekolah yang berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) sejak
2006 ini bisa berwirausaha. Permintaan tenaga kerja di perusahaan tata boga
hingga pabrik roti juga cukup tinggi. Peningkatan produk olahan hasil pertanian
dan perikanan di sekolah ini juga akan dikembangkan. Sekolah berencana
menyediakan mesin penggiling daging untuk membuat nugget. Keterampilan siswa
mengolah makanan dari produk pertanian sudah dimanfaatkan masyarakat dan
instansi pemerintah setempat. Permintaan yang rutin adalah membuat susu kedelai
dan roti untuk orang lanjut usia (lansia) yang diajak dalam program senam
lansia. Pembuatan susu kedelai yang dikemas dalam gelas plastik dan diberi
merek susu kedelai esemka cukup laris. Harga jualnya Rp 1.000 per gelas. Produk
lain adalah tinta untuk spidol papan tulis (whiteboard). Produksi yang sudah
berjalan dua tahun ini dilakukan siswa dengan program keahlian kimia industri.
Tinta bermerek Star Ink yang diproduksi siswa diutamakan untuk memenuhi
kebutuhan sekolah dan sekolah mitra. Spidol lebih cepat kering dan harganya
lebih murah, yakni Rp 9.000, sedangkan di pasaran mencapai Rp 12.000.
Kreativitas menghasilkan produk yang dilakukan siswa kimia industri pernah
mengantarkan sekolah ini menjadi juara 3 dan 4 untuk Lomba Teknologi Terapan
yang dilaksanakan Bappeda Provinsi Lampung. Siswa memanfaatkan sisa biodiesel
dari tanaman jarak untuk dibuat menjadi surfaktan (bahan pembuat sabun). Siswa
juga membuat sabun cuci cair yang ramah lingkungan menggunakan ekstrak daun
sirih. Selain untuk memberi aroma, daun sirih juga berfungsi untuk desinfektan
(penghilang kuman). Bercocok tanam Sebagai sekolah pertanian, keahlian bercocok
tanam tidak dilupakan. Di lahan sekolah, siswa menanam bunga kol, seledri, dan
tanaman hias. Di lahan khusus budidaya, ada tanaman buah naga, semangka,
jagung, singkong, hingga padi. ”Jika panen melimpah, kami minta siswa untuk
bisa menjual. Terserah menjual ke mana, ke teman, keluarga, atau pasar. Jadi,
siswa bisa belajar dari memproduksi sampai menjual,” kata Sutarman, Kepala SMKN
2 Metro. Keahlian lain adalah agrobisnis perikanan dan ternak unggas. Di kedua
bidang ini, sekolah bekerja sama dengan perusahaan yang melibatkan siswa dalam
rangka peningkatan kompetensi. Menurut Sutarman, meski permintaan tenaga kerja
di bidang pertanian meningkat, sekolah juga mempersiapkan siswa untuk mandiri.
Referensi :
:http://edukasi.kompas.com/read/2012/03/03/11585030/Pencacah.Sampah.Sisa.Hasil.Pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar