Neraca
Perdagangan Kembali Surplus
JAKARTA
- Usai terjerembab empat bulan berturut-turut dalam lubang defisit, akhirnya
neraca perdagangan Indonesia bisa kembali surplus. Meski demikian, secara
keseluruhan, kinerja perdagangan internasional sepanjang Agustus lalu mengalami
penurunan.
Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, sepanjang Agustus lalu, nilai
ekspor Indonesia memang turun, namun penurunan impor jauh lebih besar.
"Sehingga, neraca perdagangan bulanan kembali surplus USD 248 juta,"
ujarnya di Jakarta Senin (1/10).
Sebagaimana
diketahui, setelah mencatat surplus di periode Januari - Maret 2012, neraca
perdagangan Indonesia berbalik menjadi defisit pada periode April - Juli 2012.
Hal itu disebabkan laju pertumbuhan impor yang melampaui laju pertumbuhan
ekspor.
Khusus
untuk Agustus 2012, lanjut Suryamin, ekspor Indonesia tercatat sebesar USD
14,11 miliar atau turun 12,2 persen dibandingkan periode Juli 2012 yang sebesar
USD 16,09 miliar. "Penurunan ini disebabkan rendahnya permintaan di pasar
global yang masih terimbas krisis Eropa," katanya.
Untuk
ekspor non migas Agustus 2012 tercatat sebesar USD 2,85 miliar, turun dari
realisasi Juli 2012 yang mencapai USD 2,91 miliar. Adapun "dan ekspor
nonmigas USD 11,26 miliar, turun dari periode Juli yang sebesar USD 13,17
miliar.
Jika
diakumulasi, maka total nilai ekspor Indonesia dari Januari hingga Agustus 2012
mencapai USD 127,17 miliar atau turun 5,58 persen dibanding periode yang sama
tahun lalu yang sebesar USD 134,68 miliar.
Jika
dirinci, ekspor terbesar adalah bahan bakar mineral senilai USD 17,83 miliar
dan lemak dan minyak hewan nabati USD 14,09 miliar. Adapun pangsa pasar ekspor
terbesar adalah Tiongkok dengan nilai ekspor USD 13,37 miliar, Jepang USD 12,57
miliar, dan AS USD 9,9 miliar. Lalu, ekspor ke negara ASEAN sebesar USD 21,35
miliar dan Uni Eropa sebesar USD 12,09 miliar.
Bagaimana
dengan impor? Suryamin mengatakan, impor sepanjang Agustus 2012 tercatat USD
13,87 miliar atau turun 15,2 persen dibanding Juli 2012 yang sebesar USD 16,35
miliar. Impor tersebut terdiri dari migas sebesar USD 3,31 miliar dan nonmigas
USD 10,55 miliar.
Secara
akumulatif, total impor sepanjang Januari - Agustus 2012 tercatat sebesar USD
126,67 miliar, naik 10,28 persen dibandingkan periode sama 2011 yang sebesar
USD 114,86 miliar. Salah satu poin positif dari impor Indonesia adalah impor
golongan barang modal yang pada Januari - Agustus 2012 mencapai USD 25,76
miliar, tumbuh 28,65 persen dibandingkan periode sama 2011 yang sebesar USD
20,02 miliar.
"Pertumbuhan
impor barang modal ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan impor bahan
baku/penolong yang sebesar 6,87 persen dan impor barang konsumsi yang 1,79
persen. Artinya, impor lebih banyak dipakai untuk kegiatan produktif,"
jelasnya.
Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko
Darmesto menambahkan, surplusnya neraca perdagangan Indonesia pada
periode Agustus diperkirakan tidak akan bertahan lama. Sebab, turun tajamnya
impor lebih banyak disebabkan oleh faktor libur Lebaran sehingga pelaku usaha
mengerem impor karena aktifitas produksi libur. "Sesudah Lebaran,
aktifitas produksi akan kembali naik dan kemungkinan impor pun akan kembali
naik," ujarnya.
Senada
dengan pernyataan tersebut, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krishnamurti
mengatakan, dalam beberapa waktu ke depan, tren defisit neraca perdagangan
memang akan dihadapi Indonesia. "Bahkan, sampai akhir tahun nanti, defisit
diperkirakan sebesar USD 4 miliar," katanya.
Menurut
dia, tingginya konsumsi domestik membuat impor ke Indonesia akan tetap tinggi.
Sementara itu, lesunya perekonomian global membuat Indonesia kesulitan
menggenjot ekspor. Karena itu, salah satu strategi yang dijalankan pemerintah
adalah dengan membidik pasar-pasar potensial baru di negara berkembang.
"Tapi, itupun baru akan kelihatan hasilnya sekitar 18 bulan
mendatang," ucapnya.(owi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar