Patterned Text Generator at TextSpace.net

Rabu, 30 November 2011

Diare Pada balita

Analisa Mengenai Penyakit Diare Pada Balita.
Bagaimana cara kerjasama yang baik agar bisa meminimalisir munculnya penyakit diare..?

Pada dasarnya lingkungan bersih menunjukan perilaku warganya. Menurut Blumm sebagai pakar kesehatan ada empat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu faktor genetika, faktor pelayanan kesehatan, faktor lingkundan dan faktor perilaku. Jadi warga yang menyadari akan pentingnya kebersihan, akan menghasilkan lingkungan yang bersih. Faktor lingkungan paling berpengaruh dibanding dengan tiga faktor lainnya, tidak heran penyakit diare menjadi wabah yang terus berulang karena kebersihan masyarakat yang rendah.
Informasi yang didapat mengenai seberapa masalah kesehatan lingkungan di indonesia yang dihubungkan dengan penyakit  yaitu salah satunya diare. Diare merupakan penyakit kedua terbesar untuk anak balita yang menyebabkan kematian. Karena diare merupakan salah satu penyakit yang erat hubungan dengan hygne dan sanitasi lingkungan seperti penggunaan air minum tidak bersih (ciri fisik air minum), tidak memadai sarana pembuangan kotoran, limbah dan sampah serta status fisik balita (Imunisasi, BB, Jenis Kelamin) dan status Gizi balita (gizi baik atau buruk) tersebut.  
Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik untuk melakukan program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar diare bisa di minimalisir.
Meningkatkan kebutuhan akan perubahan sanitasi dan perilaku hygne dan fasilitas melalui aksi memicu masyarakat untuk menyediakan jamban yang sederhana dan mempromosikan cuci tangan pakai sabun, pengelolaan limbah padat dan air, Meningkatkan jaringan penyediaan sanitasi, Meningkatkan kesadaran pemerintah untuk lebih mengembangkan program peduli lingkungan sebagai ujung tombak dari peningkatan derajat kesehatan.

Mengajak masyarakat untuk mengubah perilaku, membangun dan menggunakan jamban dengan sumber daya sendiri tanpa subsidi langsung (Dari pemerintah), Melibatkan masyarakat agar turut serta aktif dalam menganalisa lingkungannya, Menggelitik rasa jijik terhadap tinja berserakan karena perilaku BAB sembarangan dan mendorong rasa bangga masyarakat sebagai faktor yang memotivasi, Menggunakan para juara, pemuka masyarakat setempat dan lomba antar daerah pemukiman agar bersemangat dalam menjaga lingkungannya, Memberikan penyuluhan tentang diare kepada masyarakat terutama yang memiliki anak bayi dan balita di posyandu, Bila mendapatkan informasi tentang penderita diare dilingkungannya segera memberikan pertolongan pertama dengan memberikan oralit atau cairan rumah tangga, Mencatat dan melaporkan ke sarana kesehatan serta menganjurkan penderita untuk segera ke tempat pelayanan kesehatan terdekat (Puskesmas).

Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah BAB, Semua anggota keluarga diusahakan BAB harus dijamban yang sehat, Merebus peralatan makan dan minum bayi, Masaklah air sampai mendidih sebelum diminum, Buanglah tinja bayi dan anak kecil di jamban, Lakukan pemberian ASI pada bayi karena ASI terjamin kebersihannya dan cocok untuk bayi, Siapkan dan berikan makanan pendamping ASI yang baik dan benar, Gunakan air bersih yang cukup (Tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa), Selalu cek status fisik dan gizi balita yaitu program KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk mengecek BB-TB dan status imunisasi.

Bila anak diare segera beri banyak minum seperti larutan oralit atau air rumah tangga seperti kuah sayur, air putih, air tajin dll. Untuk bayi dan balita yang masih menyusui tetap diberikan ASI lebih sering dan lebih banyak, bila anak sudah memperoleh makanan tambahan lanjutkan makanan seperti biasanya dan dianjurkan saat diare diberikan makanan lembek.

Cek status pasien, lakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital, Pemeriksaan laboratorium mengenai fesesnya tersebut apakah berasal dari bakteri atau virus, Pemeriksaan cairan dan elektrolit apakah pasien mengalami dehidrasi atau tidak, libatkan keluarga untuk kesembuhan pasien dan berikan pengobatan sesuai dengan diagnosa yang ada serta pantau terus keadaan pasien sampai masuk dalam masa pemulihan.

Apabila bayi ataupun balita sudah sembuh dari diare harus lebih hati-hati dalam kebersihan lingkungan dan pemberian makanan serta lebih memperhatikan status fisik dan gizi  tersebut. Tetap mengevaluasi pengetahuan orang tua terhadap diare agar lebih termotivasi untuk bekerjsama menurunkan angka kesakitan pada anaknya. Mengevaluasi, apakah ada perubahan Perilaku masyarakat dari hasil promotif yang sudah dilakukan untuk mengupayakan agar kesehatan dan kebersihan lingkungan tetap terjaga.


Dwi Intan Ratnasari
22210190
2EB01




Tidak ada komentar:

Posting Komentar